Sabtu, 04 Agustus 2012

Model Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi

A. Model pengembangan kurikulum
Banyak model yang dapat di gunakan dalam pengembangan kurikulum . pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja di dasarkan atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal tetapi juga perlu di sesuaikan dengan system pendidikan dan system pengelolaan pendidikan yang di anut serta model konsep pendidikan mana yang  digunakan.
Sekurang-kurangnya di kenal delapan model pengembanga kurikulum, yaitu : the administrative (line staff) model, the grass roots model, beauchamp’s system, the demonstration model, Taba inverted model, Roger’s interpersonal relations  model, the systematic action research model, dan emerging technical model.
1.      The administrative model.
Model ini model paling lama dan paling banyak  dikenal di beri nama administrative atau line staff  karena g agasan pengembangan dating dari para administrator pendidikan dan menggu nakan prosedur administrasi. Model ini juga biasa di idtilahkan sebagai model garis staff atau top down, dari atas ke bawah. Penegmbangan kurikulum di laksanakan sebagai berikut :
a.       Atasan membentuk tim yang terdiri atas para pejabat teras yang berwenang (pengawas pendidikan, kepsek, dan pengajar inti)
b.      Tim merencanakan konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah yang diikuti
c.       Di bentuk beberapa  kelompok  kerja yang anggotanya terdiri atas para ahli kurikulum dan staff pengajar yang bertugas untuk merumuskan tujuan khusus, GBPP, dan kegiatan belajar.
d.      Hasil kerja dari butir 3 di revisi oleh tim atas dasar pengalaman atau hasil dari Try Out.
e.       Selain try out yang di lakukan oleh beberapa kepala sekolah, dan telah di revisi seperlunya, baru kurikulum tersebut di implementasikan.
Sebelum pelaksanaan kurikulum perlu diadakan sosialisasi dan penataran-penataran kepada para guru  dalam penataran tersebut mereka mendapatkan petunjuk-petunjuk dan penjelasan serta peningkatan pengetahuan dan keterampilan.
Dalam pelaksanaan kurikulum tersebut, diperlukan adanya kegiatan monitoring, pengamatan dan pengawasan,  serta bimbungan dalam pelaksanaanya. Setelah berjalan beberapa kurun waktu perlu juga di lakukan evaluasi, untuk menilai  baik validitas komponen-komponennya, prosedur pelaksanaan maupun keberhasilanya. Hasil penilaian tersebut merupakan umpan balik, baii bagi instansi pendidikan di tingkat pusat, daerah,  maupun  sekolah.  
2.      The Grass roots model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum, bukan dating dari atas tetapi dari bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Model ini akan berkembang dalam system pendidikan yang bersifat desentarlisasi.  Pertimbangan pengembangan kurikulum ini didasarkan pada pemikiran bahwa guru adalah  perencana, pelaksana, dan juga penyempurna dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya , oleh karena itu dialah yang paling  kompeten menyusun kurikulum bagi kelasnya.
Langkah-langkah model ini yaitu :
a.       Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar)
b.      Tim pengajar dari beberapa sekolah di tambah nara sumber lain dari orang tua peserta didik atau masyarakat luas yang relevan.
c.       Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan.
d.      Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah di rintisnya  di adakan lokakarya untuk mencari input yang di perlukan.
Pengembangan kurikulum yang bersifat grass roots, mungkin hanya berlaku untuk bidang studi tertentu atau sekolah tertentu, tetapi mungkin pula dapat di gunakan untuk bidang studi sejenis pada sekolah lain, atau keseluruhan bidang studi pada sekolah atau daerah lain.
Model ini memungkinkan terjadinya kompetisi di dalam meningkatkan mutu system pendidikan, yang pada akhirnya akan melahirkan manusia-manusia yang lebih mandiri dan kreatif.
3.      Beauchamp’s system
Model ini di kembangkan oleh G.A Beaucham (1964). Langkah-langkahnya sebagai berikut :
a.       Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang  telah dilaksanakan di kelas di perluas  di sekolah, di sebarkan di sekolah-sekolah, di daerah tertentu  baik berskala regional  maupun nasional.
b.      Menunjuk  tim pengembang  yang  terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert (orang yang melakukan eksperimen), staf pengajar, petugas       pembimbing dan nara sumber lain.
c.       Tim menyusun  tujuan  pengajaran, materi dan pelaksanaan proses belajar mengajar. Untuk  tugas terebut perlu di bentuk : Dewan Kurikulum, sebagai coordinator yang bertugas juga sebagai penilai pelaksanan kurikulum, memilih materi pelajaran baru, menentukan berbagai criteria untuk memilih kurikulum mana yang akan di pakai, dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum yanga akan di kembangkan.
d.      Melaksanakan kurikulum di sekolah.
e.       Mengevaluasi kurikulum yang berlaku. Langkah ini minimal mencakup empat hal,  yaitu  1). evaluasi tentang pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru, 2). Evaluasi desain kurikulum, 3). Evaluasi hasil  belajar siswa, 4). Evaluasi dari keseluruhan system kurikulum. Data yang di peroleh dari hasil kegiatan evaluasi  ini di gunakan bagi penyempurnaan system dan desain kurikulum, serta prinsif-prinsif melaksanakanya. 

4.      The Demonstration  model
Model Demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, dating dari bawah. Model ini di prakarsai oleh sekelompok guru  atau sekelompok guru bekerja sama  dengan ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya berskala kecil , hanya mencakup suatu atau beberapa sekolah, suatu komponen kurikulum, atau mencakup keseluruhan komponen kurikulum. Karena sifatnya ingin mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering mendapat tantangan dari pihak – pihak tertentu.
Langkah – langkahnya:
a.       Staf pengajar pada suatu sekolah menemukan suatu ide pengembangan dan ternyata hasilnya di nilai baik.
b.      Kemudian hasilnya di sebar luaskan di sekolah sekitar.
Ada beberapa kebaikan dari model ini, pertama, karena kurikulum di susun dan di laksanakan dalam situasi tertentu yang  nyata maka di hasilkan suatu kurikulum atau aspek tertentu dari kurikulum yang lebih praktis. Kedua, perubahan atau penyempurnaan kurikulum dalam skala kecil atau aspek tertentu yang khusus, sedikit sekali untuk di tolak oleh administrator, di bandingkan dengan perubahan dan penyempurnaan yang menyeluruh. Ketiga, pengembangan kurikulum dalam skala kecil dengan model ini dapat menembus hambatan yang sedang di alami yaitu dokumentasinya bagus tetapi pelaksanaannya tidak ada. Keempat model ini sifatnya grass roots menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan nara sumber yang dapat menjadi pendorong bagi para administrator untuk mengembangkan program baru.
Kelemahan model ini adalah guru – guru yang tidak turut berpartisifasi mereka akan menerimanya dengan enggan – enggan, dalam keadaan terburuk mungkin akan terjadi apatisme.
5.      Taba’s inverted model
Menurut cara yang tradisional pengembangan kurikulum di lakukan secara deduktif, dengan urutan :
a.       Penentuan prinsip – prinsip dan kebijakan anggaran dasar
b.      Merumuskan desain kurikulum yang bersifat menyeluruh di dasarkan atas komitmen – komitmen tertentu
c.       Menyusun unit – unit kurikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh
d.      Melaksanakan kurikulum di dalam kelas .
Taba berpendapat model deduktif ini kurang cocok sebab tidak merangsang timbulnya inovasi – inovasi . Manurutnya pengembangan kurikulum yang lebih mendorong inovasi dan kreatifitas guru – guru  adalah yang bersifat induktif, yang merupakan kebalikan dari model  tradisional .di sebut model terbalik , karena biasanya pengembangan kurikulum di dahului oleh konsep – konsep yang datangnya dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan langkah – langkah lebih lanjut , terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara mengadakan percobaan , kemudian di susun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan pelaksanaan , dengan langkah – langkah sebagai berikut:
a.       Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan , menentukan materi, menemukan penilaian, memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan , kemudian di susunlah suatu unit kurikulum.
b.      Mengadakan try out
c.       Mengadakan revisi atas dasar try out
d.      Menyusun kerangka kerja teori.
e.       Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan di desiminasikan
6.      Model hubungan interpersonaldaro Rogers
Kurikulum yang di kembangkan hendaknya  dapat mengembangkan individu secara fleksibel terhadap perubahan – perubahan dengan cara melatih diri berkomunikasi secara interpersonal. Kurikulum ini di kembangkan dengan langkah –langkah sebagai berikut:
a.       Di adakannya kelompok untuk mendapatkan hubungan interpersonal di tempat yang tidak sibuk
b.      Kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan saling tukar pengalaman di bawah pimpinan staf pengajar
c.       Kemudian di adakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam satu sekolah, sehingga huungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna . yaitu hubungan antara guru dengan guru, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, dalam suasana yang akrab.
d.      Selanjutnya pertemuan di adakan dengan mengikut sertakan anggota yang lebih luas lagi, yaitu dengan mengikut sertakan para pegawai adminitrasi dan orang tua peserta didik . dalam situasi yang demikian di harapkan masing – masing person akan saling menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan masalah sekolah yang di hadapi .
Dengan langkah – langkah tersebut, di harapkan penyusunan kurikulum akan lebih realistis , karna di dasari oleh kenyataan yang di harapkan .
7.      Model action research yang sistematis
Model kurikulum ini di dasarkan atas asumsi bahwa perkembangan kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur system sekolah pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Factor – factor yang perlu di pertimbangkan dalam penyusunan kurikulum adalah adanya hubungan antara manusia , keadaan organisasi sekolah , situasi masyarakat dan otoritas ilmu pengetahuan .
Adapun langkah – langkah dari model ini adalah :
a.       Di rasa adanya problem proses belajar mengajar di sekolah yang perlu di teliti
b.      Mencari sebab – sebab terjadinya problem dan sekali gus di cari pemecahannya. Kemudian menentukan putusan apa yang perlu di ambil sehubungan dengan masalah yang timbul tersebut.
c.       Melaksanakan putusan yang telah di ambil .  tindakan ini segera di ikuti oleh kegiatan pengumpulan data dan fakta – fakta. Kegitan pengumpulan data ini mempunyai beberapa fungsi
(1). Menyiapkan data bagi evaluasi tindakan, (2).sebagai bahan pemahaman tentang maslah yang di hadapi.(3). Sebagai bahan untuk menilai kembali dan mengadakan modifikasi (4). Sebagai bahan untuk menentukan tindakan lebih lanjut.
8.   Emerging  technical models
      Berkembang di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilai – nilai efisiensi , efektifitas dalam  bisnis , juga mempengaruhi perkembangan model – model kurikulum. Emerging technical models ini di dasari oleh  (1). The behavior analiysis model, (2) the system analysis model, (3) the computer based model.
The behavioral analysis model , menekankan penguasaan perilaku atau  kemampuan. Suatu perilaku yang komplek di uraikan menjadi  perilaku – perilaku sederhana yang tersusun secara hierarkis. Siswa mempelajari perilaku – perilaku tersebut secara berangsur- angsur dari yang paling sederhana menuju yang lebih kompleks.
The system analysis model berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil yang harus di kuasai siswa . langkah kedua adalah menyusun instrument untuk menilai ketercapaian hasil – hasil belajar tersebut. Langkah ke tiga, mengindetifikasi tahap – tahap ketercapaian hasil serta biaya yang di perlukan. Langkah keempat membandingkan biaya dan keuntungan dari beberapa program pendidikan.
The computer based model, yaitu suatu model pengembangan kurikulum dengan memanfaatkan computer. Pengembangannya di mulai dengan mengidentifikasi seluruh unit – unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah memilii rumusan tentang hasil – hasil yang di harapkan. Kepada para siswa dan guru – guru di minta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit – unit kurikulum tersebut. Setelah di adakan pengolahan di sesuaikan dengan kemampuan dan hasil – hasil yang di capai siswa di simpan dalam computer .
Evalusi kurikulum
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Evaluasi kuirikulum sukar di rumuskan secara tegas, hal ini di sebabkan beberapa factor:
1.      Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena – fenomena yang terus berubah
2.      Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah – berubah sesuai dengan konsep kurikulum yang di gunakan
3.      Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang di lakukan oleh manusia yang sifatnya juga berubah
Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi akan member warna pada pelaksanaan kurikulum. Hubungan antara evaluasi dengan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya berlangsung secara evolusioner. Pandangan – pandangan lama yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman, secara berangsur – angsur dig anti dengan pandangan baru yang lebih sesuai.
Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, komplek, dan terus menerus  untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan system pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah di tentukan. Pada tingkat informal evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan , dugaan, atau pendapat tentang peru bahan – perubahan yang telah di capai oleh program sekolah. Pada tingkat yang lebih formal evaluasi kurikulum meliputi pengumpulan dan pencatatan data, sedangkan pada tingkat yang sangat formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan kearah tujuan yang telah di tentukan.
Komponen – komponen kurikulum yang di evaluasi juga sangat luas. Program evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar siswa dan proses pembelajarnnya. Tetapi juga desain dan implementasi kurikulum, kemampuan dan unjuk kerja guru, kemampuan dan kemajuan siswa , sarana, fasilitas dan sumber – sumber belajar dll.
Secara sempit evaluasi kurikulum yaitu hanya di tekankan pada hasil – hasil yang di capai oleh murid. Luas atau sempitnya suatu program evaluasi kurikulum sebenarnya di tentukan oleh tujuannya. Apakah evaluasi tersebut di tujukan untuk menilai keseluruhan sitem kurikulum atau hanya komponen – komponen tertentu dalam system kurikulum tersebut .
Model – model evaluasi kurikulum
1.      Evaluasi model penelitian
Model evaluasi ini di dasarkan atas teori dan metode tes psikolgi serta eksperimen lapangan. Tes psikologi atau tes psikometriks pada umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang di tujukan untuk mengukur kemampuan bawaan , serta tes hasil belajar yang mengukur perilaku skolastik.
Salah satu pendekatan dalam evluasi yang menggunakan eksperimen lapangan adalah mengadakan perbandingan antaradua macam kelompok anak, umpamanya yang menggunakan dua metode belajar yang berbeda. Kelompok pertama belajar membaca dengan metode calistung  dan kelompok lain menggunakan metode latuca. Kelompok mana yang lebih baik atau lebih berhasil. Apakah keberhasilan metode tersebut dapat di transper ke metode yang lain. Rancangan penelitian lapangan ini membuthkan persiapan yang sangat teliti dan rinci. Besarnya sampel, variable yang terkontrol , hipotesis, treatmen, tes hasil belajar dan sebagainya, perlu di rumuskansecara tepat dan rinci.
Ada beberapa kesulitan yang di hadapi dalam eksperimen tersebut. Pertama, kesulitan administrative, sedikit sekali sekolah yang bersedia di jadikan sekolah eksperimen. Kedua, masalah tekhnis dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk kelompok – kelompok yang di uji. Ketiga, sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok control, pengaruh guru – guru tersebut sukar di control. Keempat, ada keterbatasan mengenai manifulasi eksperimen yang dapat di lakukan .
2.      Evaluasi model objektif 
Model ini berasal dari amerika serikat. Perbedaan model objektif dengan model komparatif adalah : pertama, dalam model objektif evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pengembangan kurikulum. Evaluasi ini di lakukan pada akhir pengembangan kurikulum (sumatif). Informasi hasil penilaian yang di peroleh  di gunakan untuk penyempurnaan inovasi yang sedang berjalan (formatif). Kedua, kurikulum tidak di bandingkan dengan kurikulum lain tetapi di ukur dengan seprangkat objektif (tujuan khusus) keberhasilan pelaksanaan kurikulum di ukur oleh penguasaan siswa akan tujuan – tujuan tersebut.
Tujuan dari model ini adalah menilai apakah kegiatan yang di lakukan kelompok eksperimen lebih baik dari pada kelompok control.
Persyaratan model objektif :
1.      Ada kesepakatan tentang tujuan – tujuan kurikulum
2.      Merumuskan tujuan – tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
3.      Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
4.      Mengukur kesesuaian antar perilaku siswa dengan hasil yang di inginkan
3.      Model campuran  (multi variasi).
Evaluasi model perbandingan (comparative approach) dan model tylor dan bloom melahirkan evaluasi model campuran multi variasi, yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsure – unsure dari kedua pendekatan tersebut. Langkah – langkah sbb:
1.      Mencari sekolah yang berminat untuk di evaluasi/di teliti
2.      Pelaksanaan program. Bila tidak ada percampuran sekolah tekanannya pada partisifasi yang optimal.
3.      Sementara tim menyusun tujuan yang meliputi  semua tujuan dari pengajaran umpanya dengan metode calistung dan latuca dapat di siapkan tes tambahan
4.      Bila semua informasi yang di harapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan computer
5.      Tipe analisis dapat juga di gunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa variable yang berbeda

read more

Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan

A.    LATAR BELAKANG
Dalam perkembangan suatu negara tergantung pada mutu suatu pendidikan, karnapendidikan merupakan salah satu penunjang dalam perkembangan negara, dalam perkembangan modernisasi ini negara kita ingin mencoba ikut berpartisipasi dalam mengembangkan pendidikan seperti negara-negara maju khususnya.
Dinegara-negara maju telah banyak mengalami perubahan terutama dalam halpendidikan, karana bagai mereka pendidikanlah yang membentuk suatu negara itu akan berkembang pesat, seperti yang telah di katakan oleh orang Jerman pada waktu mereka kalah dalam berperang “pendidikan ku telah mati”, bagaimana pendidikan tersebut bisa berkembang? salah satunya cara mengembangkan pendidikan tersebut adalah mengembangkan dalam tubuh pendidikan yaitu kurikulum, karana kurikulum yang dijadikan acuan dalam pendidikan.
Sebuah kurikulum tidak hanya sekedar instruksi pembelajaran yang disusun oleh pemerintah untuk diterapkan di sekolah masing-masing. Sinclair (2003) menegaskan bahwa kurikulum yang baik adalah yang memberi keleluasaan bagi sekolah untuk mengakomodasikan kebutuhan-kebutuhan khusus peserta didik sesuai tuntutan lingkungan masyarakatnya. Kali ini penulis mencoba akan membahas tentang Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan karena kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
B.     PENGERTIAN KURIKULUM
Sebelum mengkaji lebih jauh tentang Kedudukan Kurikulum dalam Proses Pendidikan, perlu dikemukakan terlebih dahulu tentang, apa itu kurikulum. Kata “kurikukum” bukan berasal dari bahasa Indonesia, tetapi berasal dari bahasa latin yang kata dasarnya adalah “currere”, yang secara harafiah berarti lapangan perlombaan lari. Lapangan tersebut ada garis start dan batas finish.[1] Dalam lapangan pendidikan pengertian tersebut dijabarkan bahwa bahan belajar sudah ditentukan secara pasti, dari mana mulai diajarkan dan kapan diakhiri, dan bagaimana cara untuk menguasai bahan agar dapat mencapai kelulusan. Selain itu, ada juga pengertian kurikulum dari beberapa sumber lain seperti :
  1. Kamus Webster, kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu :
    • Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari siswa di sekolah atau perguruan tinggi untuk memperoleh ijazah tertentu; dan
    • Sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau suatu departemen.
  2. Pandangan tradisional, kurikulum adalah sejumlah pelajaran yang harus ditempuh siswa di suatu sekolah.
  3. Pandangan modern, kurikulum lebih dari sekedar rencana pembelajaran. Kurikulum dianggap sebagai sesuatu yang nyata terjadi dalam proses pendidikan di sekolah.
  4. UNDANG–UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
  5. Badan Standardisasi Nasional SNI 19-7057-2004 tentang Kurikulum pelatihan hiperkes dan keselamatankerja bagi dokter perusahaan. Kurikulum adalah serangkaian mata ajar dan pengalaman belajar yang mempunyai tujuan tertentu, yang diajarkan dengan cara tertentu dan kemudian dilakukan evaluasi.
  6. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan. Kurikulum adalah Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran.
Atas dasar pengertian-pengertian tersebut, inti kurikulum sebenarnya adalah pengalaman belajar. Pengalaman belajar itu banyak kaitannya dengan melakukan berbagai kegiatan. Melalui interaksi sosial di lingkungan sekolah, proses kerja sama dalam kelompok, bahan interaksi dengan lingkungan fisik, seperti gedung sekolah, tata ruang sekolah, siswa memperoleh berbagai pengalaman. Dengan demikian, pengalaman itu bukan sekedar mempelajari mata pelajaran, tetapi yang terpenting adalah pengalaman kehidupan. Semua ini dicakup dalam pengertian kurikulum.
C.    FUNGSI KURIKULUM
1.      Fungsi penyesuaian atau the adjastive of adaptive function Fungsi penyesuaian berarti individu harus mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungannya secara menyeluruh. Lingkungan yang selalu berubah dan  bersifat dinamis menuntut individu harus memiliki kemampuan menyesuaikan diri secara dinamis pula. Disinilah letak fungsi kurikulum sebagai alat pendidikan sehingga individu bersifat well adjusted.
2.      Fungsi pengintegrasian atau the integrating function Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi, oleh sebab itu individu itu sendiri merupakan bagian integral dari masyarakat, sehingga pribadi yang terintegrasi itu akan memberikan kontribusi terhadap pembentukan dan pengintegrasian masyarakat.
3.      Fungsi deferensiasi atau the defferentiating function Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akanmendorong orang berfikir kritis dan kreatif, sehingga mendorong kemajuan dalam masyarakat.Akan tetapi bukan berarti bahwa dengan deferensiasi kita mengabaikan solidaritas sosial dan integrasi, melainkan deferensiasi itu sendiri juga untuk menghindarkan terjadinya stagnasi sosial.
4.      Fungsi persiapan atau the propeadeutic function. Kurikulum berfungsi memperisapkan siswa agar mampu melanjutkan studi lebih lanjut untuk suatu jangkauan yang lebih jauh, apakah melanjutkanpendidikan yang lebih tinggi atau persiapan untuk belajar di masyarakat. Hal ini diperlukan mengingat sekolah tidak mungkin memberikan semua yang diperlukan siswa atau yang menarik minat siswa.
5.      Fungsi pemilihan atau the selective function. Antara keberbedaan/deferensiasi dan pemilikan/seleksi adalah dua hal yang erat hubungannya. Pengakuan terhadap keberbedaan berarti pula diberikannya kesempatan bagi seseorang untuk memilih apa yang diinginkannya dan menarik minatnya. Kedua hal tersebut merupakan kebutuhan bagi masyarakat yang menganut sistem demokrasi.Untuk mengembangkan kemampuan tersebut kurikulum perlu disusun secara fleksibel.
6.      Fungsi diagnostik atau the diagnostic function Salah satu segi pelayanan pendidikan, ialah membantu dan mengarahkan siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari kelemahan dan kekuatan yang dimilikinya, sehingga ia sendiri yang memperbaiki kelemahan dan mengembangkan sendiri potensi yang ada pada dirinya.[2]
D.    KOMPONEN KURIKULUM
Menurut Pratt (19800, kurikulum adalah sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem, ia pasti mempunyai komponen-komponen atau bagian-bagian yang saling mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan. Komponen-komponen dalam sebuah sistem bersifat harmonis, tidak saling bertentangan. Kurikulum sebagai suatu program pendidikan yang direncanakan mempunyai komponen-komponen.  Jadi, kurikulum merupakan suatu rencana tertulis yang berrisi tentang ide-ide dan gagasan-gagasan yang di rumuskan oleh pengembangan kurikulum termasuk di dalamnya kegiatan yang dillakukan oleh siswa dalam proses belajar.[3]
1.    Komponen-komponen kurikulum
a.      Komponen Tujuan
Komponen tujuan merupakan satu kesatuan dalam mewujudkan cita-cita pendidikan dalam konteks pembangunan manusia Indonesia. Dan kurikulum merupakan suatu program untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan tertentu. Oleh karena itu, dalam kurikulum suatu sekolah telah terkandung tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dicapai melalui sekolah yang bersangkutan.
b.      Komponen materi
Materi kurikulum merupakan isi kurikulum.undang –undang pendidikan menetapkan bahwa “ isi kurikulum merupakan  bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan dalm rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional”.
c.      Komponen strategi (metode)
Stategi pelaksaan suatu kurikulum tergambar dari cara yang di tempuh dalam melaksanakan pengajaran,penialaian,bimbingan dan penyluhan dan dalam mengatur kegiatan sekolah secara keseluruhan,seperti sistem pengajaran modul,paket.dll.
d.      Komponen organisasi
Organisasi adalah struktur program kurikulum yang berupa kerangka-program-program pengajaran yang akan di sampaikan pada siswa. Komponen evaluasi
e.      Evaluasi
Merupakan suatu komponen kurikulum, karena dengan evaluasi dengan evaluasi dapat di peroleh informasi akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa.berdasarkan informasi itu dapat dibuat keputusan tentang kurikulum itu sendiri,pembelajaran kesulitan dan upaya bimbingan yang perlu di lakukan.
E.     KEDUDUKAN KURIKULUM DALAM PENDIDIKAN
Dalam lingkungan masyarakatpun terjadi berbagai bentuk interaksi pendidikan, dari yang sangat formal yang mirip dengan pendidikan di sekolah dalam bentuk kursus-kursus, sampai dengan yang kurang formal seperti ceramah, serasehan, dan pergaulan kerja. Gurunya juga bervariasi dari yang memiliki latar belakang pendidikan khusus sebagaipendidik karena pengalaman. Kurikulum juga bervariasi, dari yang memiliki kurikulum formal dan tertulis sampai dengan rencana pelajaran yang hanya ada pada pikiran penceramah atau moderator atau gagasan keteladanan yang ada pada pemimpin.
Dari hal-hal yang diuraikan itu, dapat ditarik beberapa kesimpulan berkenaan dengan pendidikan formal. Pertama, pendidikan formal memiliki rancangan pendidikan atau kurikulum tertulis yang tersusun secara sistematis, jelas, dan rinci. Kedua, dilaksanakan secara formal, terencana, ada yang mengawasi dan menilai. Ketiga, diberikan oleh pendidik atau guru yang memiliki ilmu dan keterampilan khusus dalam bidang pendidikan. Keempat, interaksi pendidikan berlangsung dalam lingkungan tertentu, dengan fasilitas dan alat serta aturan-aturan permainan tertentu pula.
Bahwa adanya rancangan atau kurikulum formal dan tertulis merupakan ciri utama pendidikan di sekolah. Dengan kata lain, kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan di sekolah. Kalau kurikulum merupakan syarat mutlak, hal itu berarti bahwa kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran. Dapat kita bayangkan, bagaimana bentuk pelaksanaan suatu pendidikan atau pengajaran di sekolah yang tidak memiliki kurikulum.
Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun kemampuan bekerja.Untuk menyampaikan bahan pelajaran, ataupun mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode-alat, dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum.
Dengan berpedoman pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung. Interaksi ini tidak berlangsung dalam ruangan hampa, tetapi selalu terjadi dalam lingkungan tertentu, yang mencakup antara lain lingkungan fisik, alam, sosial budaya, ekonomi, politik dan religi.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentukaktivitas pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan. Disamping kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.
F.     KESIMPULAN
  1. Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum bertujuan sebagai arah, pedoman, atau sebagai rambu-rambu dalam pelaksanaan proses pembelajaran (belajar mengajar). Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan.
  2. Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan.
  3. Kurikulum merupakan suatu bidang studi, yang ditekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep atau memberikan landasan-landasan teoritis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi pendidikan.
Dengan demikian, kurikulum adalah syarat mutlak dalam sekolah. Bagaimana seandanya jika di sekolah tidak terdapat kurikulum? Dalam penjelasan di atas kurikulum mempunyai kedudukan sentral, sebagai pusat proses pendidikan sehingga apabila tidak ada kurikulum maka proses belajar mengajar tidak akan mencapai tujuan dengan baik karena di dalam kurikulum berisi rencana pendidikan sebagai pedoman dan juga sebagai bidang studi yang menjadi sumber konsep dan landasan bagi institusi pendidikan.
G.    SARAN
1.      Teruslah tingkatkan kedisiplinan anda untuk membangun system pendidikan di Indonesia terus maju.
2.      Jika dalam penulisan makalah ini masih banyak kesalahanya, kami mengharapkan saran dan kritiknya.

DAFTAR PUSTAKA
1.      PPPG Teknologi Bandung, Pengantar KTSP, http://www.sma1 sltg.sch.id/modules.php?name=Content&pa=showpage&pid= Senin, 24 Januari 2012
2.      Pikiran Rakyat, Kepsek Belum Paham KTSP,http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/012007/08/0701.htm, Senin, 24 Januari 2012
3.      Media Indonesia, Dibawah Sandra kurikulum , http://urip. Wordpress .com /2006/10/04/ di-bawah-sandera-kurikulum /, Senin, 24 Januari 2012
4.      PPPG Teknologi Bandung , KTSP , http://www.tedcbandung.com/webtedc /index.php?page=50&idb=45, Senin, 24 Januari 2012
5.      Pikiran Rakyat, KTSP tak siap pakai semester ini, http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/112006/04/0701.htm, Senin, 24 Januari 2012
6.      Kompas, KTSP, Kurikulum yang Tidak Sistematis http://www.kompas.com/kompas-cetak/0611/13/humaniora/3094950.htm, Senin, 24 Januari 2012
7.      http://www.blitar.go.id/berita/index.php?offset=60
8.      Media Indonesia , Gonjang ganjing Kurikulum, http://urip.wordpress.com  /2006/09/22/gonjang-ganjing-kurikulum/, Senin, 24 Januari 2012
9.      Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, 2010, Jakarta : Rajawali Pers.
10.  Prof. Dr. S. Nasution, M.A, Asas-Asas Kurikulum, 2009 Jakarta : Bumi Aksara.
11.  Dr. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, 2009 Jakarta : Bumi Aksara.







read more

Email subscribe

Dapatkan update terbaru tentang informasi di blog ini melalui email.

Copyright © 2011 just aninda, All Right Reserved. Powered by Blogger